Skip to content Skip to navigation

PUSTAKAWAN INSPIRATIF DI MATA GENERASI Z

Ceria Isra Ningtyas
Pustakawan (Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian)
*Korespondensi: ceria.israningtyas@pertanian.go.id

Prolog
Tanggal 7 Juli pada berbagai saluran media terutama sekarang di media sosial marak disebut sebagai Hari Pustakawan Indonesia. Namun, jika dilihat dari sejarahnya, momen penting bagi Pustakawan Indonesia karena terkait dengan hari pendirian Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) yaitu pada tanggal 6 Juli 1973 dalam Kongres Pustakawan Indonesia yang diadakan di Ciawi, Bogor, 5 s.d. 7 Juli 1973. Sebagai  profesi, Pustakawan Indonesia harus berbangga hati karena definisi sebagai profesional telah disebutkan pada Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yaitu

Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Walaupun pemerintah kini telah mengapresiasi profesi pustakawan yang dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan, namun kerap terjadi dalam masyarakat masih muncul pandangan stereotip tentang pustakawan. Pandangan yang berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat tersebut menjadikan kesan pustakawan adalah sosok kutu buku, tertutup dan seseorang yang sudah tua serta tidak ramah. Pandangan tersebut tidak hanya dalam kehidupan nyata bahkan ditampilkan dalam buku novel ataupun dalam film yang dinikmati oleh anak-anak dan remaja. Misalnya saja sosok pustakawan pada novel atau film Harry Potter atau mini seri anak-anak Upin Ipin, pustakawan masih digambarkan sebagai sosok old fashioned yang tidak bersahabat dengan para pemustakanya.
Saat ini adalah era dimana lingkungan kerja yang sarat dengan perbedaan antar generasi. Perpustakaan sebagai institusi layanan publik termasuk dalam bentuk organisasi yang juga mengalami dinamika multigenerasi. Lingkungan kerja di berbagai perpustakaan maupun pusat dokumentasi dan informasi sebagian besar terdiri dari tiga generasi. Generasi tersebut adalah Generasi Baby Boomers (lahir pada tahun 1946-1964), dan Generasi X (lahir pada tahun 1965-1976), Generasi Y (lahir pada tahun 1977-1995), juga Generasi Z (lahir setelah tahun 1995). Jika melihat kembali pandangan stereotip masyarakat terhadap pustakawan, maka pustakawan generasi muda berperan penting untuk melakukan re-branding terhadap profesinya. Hal ini terkait dengan serangkaian tantangan di perpustakaan masa kini dan masa depan yang dinamis seperti lingkungan teknologi yang berubah dengan cepat, anggaran yang menyusut, ledakan informasi dan hak cipta digital, serta merangkul generasi gadget dalam mengarungi dunia literasi informasi.

Dalam tulisan ini saya mengambil sudut pandang siapakah yang dimaksud pustakawan inspiratif dari para calon pustakawan, yaitu dari mahasiswa program studi D3 atau S1 di bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi di Indonesia yang lahir setelah tahun 1990an yang dikenal sebagai Generasi Z. Informan sebanyak 27 orang Generasi Z di bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi di Indonesia dari berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Karakter Pustakawan Inspiratif
Para informan menyampaikan setidaknya ada 5 karakter dasar yang harus dimiliki pustakawan yang mampu menginspirasi Generasi Z, yang saya rangkum  dalam akronim kata CERIA (Cerdas, Empati, Ramah, Inovatif, dan Andal).
Cerdas
Seseorang yang cerdas adalah yang telah sempurna perkembangan akal budinya untuk berpikir, mengerti, dan menganalisa sesuatu hal. Pustakawan yang cerdas adalah sosok yang berwawasan luas/berwawasan tinggi, selalu memutakhirkan informasi dan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya di tempat ia bekerja.

Empati
Seseorang yang memiliki karakter empati adalah yang memiliki keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Pustakawan yang empati adalah sosok yang perhatian, juga sabar dalam melayani pemustaka.

Ramah
Seseorang yang ramah adalah yang baik hati, sopan, disenangi tutur kata dan sikapnya serta menyenangkan dalam pergaulan karena sering tersenyum dan senang membantu orang lain. Pustakawan yang ramah adalah sosok yang bersahabat, mudah berkomunikasi dengan semua orang serta memiliki selera humor yang baik dalam mencairkan suasana atau di saat hal-hal tertentu agar pemustaka merasa dekat dan tidak ragu untuk meminta bantuannya.

Inovatif
Seorang yang inovatif adalah yang dapat memberikan ide-ide baru dan menuangkan dalam kreasi hasil kerja yang belum ada sebelumnya. Pustakawan yang inovatif adalah sosok yang berani membuat suatu perubahan sesuai dengan perkembangan masa kini serta menghasilkan produk/layanan kreatif yang bermanfaat serta mudah digunakan oleh pemustaka.

Andal
Ketika karakter andal disematkan pada seseorang maka ia dapat dipercaya oleh orang sekelilingnya karena dapat memberikan hasil kerja yang baik berulang kali. Pustakawan yang andal adalah sosok pekerja keras yang disiplin, cekatan, ulet, aktif serta berkomitmen dalam bekerja.

Kompetensi Pustakawan Inspiratif
Sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Perpustakaan sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 disebutkan bahwa kompetensi pustakawan terdiri dari 3 jenis kompetensi yaitu Kompetensi Umum, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Khusus.

Kompetensi umum adalah kompetensi pustakawan dalam mengoperasikan komputer tingkat dasar, menyusun rencana kerja perpustakaan, serta membuat laporan kerja perpustakaan.
Kompetensi Inti adalah kompetensi pustakawan dalam melakukan seleksi bahan perpustakaan; melakukan pengadaan bahan perpustakaan; melakukan pengatalogan deskriptif, melakukan pengatalogan subyek, melakukan perawatan bahan perpustakaan; melakukan layanan sirkulasi; melakukan layanan referensi; melakukan penelusuran informasi sederhana; melakukan promosi perpustakaan; melakukan kegiatan literasi informasi; serta memanfaatkan jaringan internet untuk layanan perpustakaan.
Kompetensi Khusus adalah kompetensi pustakawan dalam merancang tata ruang dan perabot perpustakaan; melakukan perbaikan bahan perpustakaan; membuat literatur sekunder; melakukan penelusuran informasi kompleks; melakukan kajian bidang perpustakaan; serta membuat karya tulis ilmiah.

Bagi para Generasi Z, kompetensi pustakawan yang menginspirasi mereka selain tiga kompetensi yang telah disampaikan di atas adalah ditambah dua kompetensi yang tidak kalah pentingnya, yaitu Kompetensi Kepemimpinan dan Kompetensi Manajemen. Kompetensi Kepemimpinan termasuk di dalamnya adalah kemampuan kolaborasi, advokasi, komunikasi (termasuk kemampuan public speaking), organisasi, serta profesionalisme. Kompetensi Manajemen terdiri dari kemampuan manajemen perencanaan anggaran dan keuangan, manajemen konflik, manajemen event, manajemen SDM, manajemen perubahan dan inovasi, manajemen teknologi informasi dan sebagainya.

Kompetensi-kompetensi tersebut juga dapat diperkaya dengan cita rasa estetika yang dimiliki seorang pustakawan. Sisi keindahan yang dimiliki pustakawan dapat bermanfaat dalam mempercantik tata ruangan perpustakaan, hasil desain infografis, slide presentasi yang elegan, sampai dengan menampilkan musik di ruangan perpustakaan sehingga para pemustaka merasakan nuansa rekreasi dan relaksasi.

Generasi Z dan Pustakawan Inspiratif
Para informan yang merupakan calon pustakawan dan tenaga profesional pengelolaan informasi dari kalangan Generasi Z menyampaikan bahwa pustakawan yang telah menginspirasi membuat mereka lebih memahami dan mencintai profesi ini. Beberapa inspirasi dari pustakawan di mata Generasi Z terdiri dari inspirasi yang bersifat personal maupun inspirasi sosial

Inspirasi personal yang didapat oleh Generasi Z adalah di masa depan mereka akan menjadi profesional di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang mengerahkan kemampuan yang ada dan terus berusaha menjadi yang lebih baik, berintegritas, senantiasa meningkatkan kapasitas diri dan kompetensi, melakukan riset inovatif, mengembangkan kreativitas.

Inspirasi sosial yang didapat oleh Generasi Z adalah di masa depan mereka akan akan menjadi profesional di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang bersahabat, mampu menggerakkan program literasi bagi keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat sekitar, juga dapat membagikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada kolega serta profesional perpusdokinfo generasi selanjutnya.

Epilog
Menjadi pustakawan inspiratif berarti terus-menerus meningkatkan kapasitas pribadi sambil senantiasa memberikan manfaat dan kinerja terbaik untuk lingkungan sekitar dan masyarakat luas. Tak hanya itu, pustakawan inspiratif harus bergabung dalam wadah-wadah organisasi profesional sesuai bidangnya juga menjadi penggerak komunitas sesuai dengan minatnya sambil terus berinteraksi dengan generasi yang lebih muda daripadanya. Pustakawan inspiratif dapat menjadi mentor yang baik bagi generasi muda profesional di bidang perpusdokinfo untuk mempersiapkan mereka menjadi sosok inspiratif selanjutnya, yaitu dengan merangkul serta melakukan sharing knowledge berkelanjutan dengan para personil organisasi mahasiswa juga dengan alumni mahasiswa magang bidang perpusdokinfo di instansi masing-masing.

Referensi
Buku:
Perpustakaan Nasional RI. (2012). Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2012 tentang penetapan rancangan standar kompetensi kerja nasional Indonesia sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan, dan perorangan lainnya bidang perpustakaan menjadi standar kompetensi kerja nasional Indonesia.
Ningtyas, C. I. dan Jenny Ratna Suminar. (2018). Gaya Kepemimpinan Multigenerasi (Studi Kasus Implementasi Gaya Kepemimpinan Multigenerasi di Perusahaan Properti OR). Bookchapter Organizational Communication Conference (OCC) 2018 : Transformasi Riset Komunikasi dan Perilaku Organisasi di Era Milenial, 166-173.

Artikel Majalah/ Jurnal:
Carlson, S. (2007). “Young Librarians, Talkin''bout Their Generation”. Chronicle of Higher Education, 54(8).
Arnold, J., Nickel, L. T., dan Williams, L. (2008). “Creating the next generation of library leaders”. New Library World, 109(9/10), 444-456.

DATA DIRI
Ceria Isra Ningtyas adalah pustakawan yang lahir di Balikpapan, 8 April 1986. Ia seorang istri dan ibu yang tinggal di Depok (Jawa Barat) yang telah menyelesaikan studi S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia pada tahun 2008. Sejak tahun 2010, ia menjadi ASN di Kementerian Pertanian, kemudian pada tahun 2017 menjalankan tugas belajar di Program Magister Ilmu Komunikasi pada Peminatan Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Kunjungi media sosialnya pada akun instagram @mrsceria.