Skip to content Skip to navigation

KUHLTHAU DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENGEMBANGAN ILMU INFORMASI

Disusun oleh :
Rattahpinnusa Haresariu Handisa
No. Anggota: ISIPII-003274
Email: rattahpinusa@gmail.com

Temu balik informasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan informasi. Efektivitas temu balik informasi akan meningkatkan pemanfataan sumber-sumber informasi. Baik perpustakaan dan internet merupakan  pangkalan data dan informasi yang memiliki akses ke beragam sumber informasi. Tentu hal tersebut memanjakan para pengguna/pemustaka yang akan memanfaatkan sumber informasi tersebut. Namun prakteknya, menemukan kembali informasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bukan tidak mungkin, seorang pemustaka pulang dengan tangan hampa karena tidak menemukan informasi yang dibutuhkannya. Selain kendala teknis, faktor lain seperti munculnya perasaan  cemas yang muncul selama proses penelurusan informasi turut berpengaruh terhadap keberhasilan tem balik informasi1. Sedangkan Bagi para pustakawan maupun cendekiawan dibidang ilmu perpustakaan dan informasi, tentu tidak asing lagi dengan Model Kuhlthau sebuah model pencarian informasi. Penulisan artikel ini akan mendeskripsikan sosok pengembang model tersebut dan kontribusinya terhadap ilmu informasi dan perpustakaan dengan mengulas singkat Model ISP Kuhlthau tersebut.

Mengenal Sosok Kuhlthau
Carol Collier Kuhlthau merupakan nama lengkap Profesor Emeritus dibidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Rutgers, Universitas New Jersey. Dilahirkan di New Brunswick pada 2 Desember 1937, Kuhlthau menghabiskan masa tumbuh kembangnya sampai menyelesaikan pendidikan Sarjananya di New Jersey2 . Jenjang pendidikan Bachelor of Science diselesaikannya pada tahun 1959  dari Universitas Kean. Ketertarikannya pada ilmu perpustakaan mendorong Kuhlthau muda untuk menempuh jenjang Master dibidang Kepustakawanan dan diselesaikannya pada tahun 1974 dari Universitas Rutgers. Pada tahun 1983, Kuhlthau berhasil menyelesaikan pendidikan Doktoralnya dalam bidang Pendidikan dari  Universitas Rutgers. Disertasinya membahas tentang placement test bahasa Inggris bagi  siswa sekolah menengah dengan menggunakan teori konstruksi Kelly.

Pada mulanya, Kuhlthau merintis karir sebagai pengajar dan pustakawati. Diawal karirnya tersebut, Kuhlthau sempat berpindah-pindah posisi dan tempat pekerjaan sampai pada akhirnya bergabung sebagai dosen di Universitas Rutgers. Berkecimpung selama 20 tahun di dunia akademisi, Kuhlthau berhasil membawa program studi Magister Ilmu Perpustakaan memperoleh peringkat 1 di Amerika. Berkat tangan dinginnya pula, tak terhitung berbagai penghargaan yang diraih dan puncak karirnya sebagai pendidik dengan promosi menduduki jabatan profesor dalam bidang ilmu informasi dan perpustakaan.

Kontribusi Kuhlthau terhadap Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Kiprah Kuhlthau sebagai cendekiawan dalam bidang ilmu informasi dan perpustakaan tidak perlu diragukan lagi. Mengutip data profil researchagate-nya, Kuhlthau sejauh ini telah menerbitkan 66 karya tulis dengan rincian: artikel sejumlah 59 buah, buku sebanyak 2 judul, bagian buku (chapter) sebanyak 1 buah, makalah konferensi sebanyak 3 buah, laporan teknis sebanyak 1 buah. Karya-karya tersebut telah dirujuk dengan h-index sebesar 31 3.
Salah satu peninggalan (legacy) Kuhlthau pada ilmu informasi adalah Model Temu Balik (Information Searching Process). Namanya dilekatkan pada Model ISP tersebut tebagai bentuk penghargaan terhadap temuan tersebut sehingga penamaannya menjadi Model ISP Kuhlthau. Model tersebut merupakan hasil rekonstruksi atas beberapa teori informasi yang telah ada sebelumnya. Sebut saja, teori Kelly yang mengupas tentang teori pribadi. Selanjutnya teori Belkin yang membahas tentang aspek kognisi dalam penelusuran informasi serta teori Taylor yang membahas tentang kebutuhan Informasi. Bermodalkan ketiga teori tersebut, Kuhlthau coba membangun ulang teori tentang proses penelusuran informasi4.
Selanjutnya, Kuhlthau melakukan studi eksploratif terhadap pendapat siswa sekolah menengah atas (SMA) dan mahasiswa tingkat pertama selama melakukan penelusuran informasi. Studi tersebut bertujuan mengidentifikasi aspek-aspek apa saja yang berpengaruh terhadap pelaku penelusuran informasi dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. Hasil studi tersebut berhasil mengidentifikasi bahwa aspek kecemasan (Anxiety) dirasakan oleh responden penelitiannya selama melakukan penelusuran informasi. Perasaan tersebut muncul akibat ketidakpastian yang dirasakan oleh responden selaku pencari informasi tentang proses dan hasil akhir temu balik informasi yang dilakukannya. Hasil  tersebut menjadi  temuan yang baru  dalam teori penelusuran informasi sebab tiga teori terdahulu belum membahas aspek anxiety tersebut5.
    Berdasarkan temuan diatas, Kuhlthau memformulasikan sebuah model penelusuran informasi yang terdiri atas 6 tahapan, sebagai berikut6:


                                                       Carol C. Kuhlthau. 1991.
Insider the Search Process: Information Seeking from the User’s Perspective. J. Am. Soc. Inf. Sci. (1991), 361–371.

Penjelasan tahapan pada bagan tersebut sebagai berikut:
1.    Pada tahapan inisiasi, pencari informasi tidak dapat mengenali jenis informasi yang dibutuhkan sehingga mereka mulai merasakan kecemasan.
2.    Pada tahapan seleksi, para pencari informasi mulai berhasil mengenali topik terhadap informasi yang dicari;
3.    Pada tahapan ketiga, para pencari informasi mengeksplorasi topik-topik terkait informasi yang dibutuhkannya;
4.    Pada tahapan formulasi, para pencari informasi berhasil menentukan strategi penelusuran informasi sehingga memunculkan kepercayaan diri.
5.    Pada tahapan organisasi informasi, penelusur informasi akan mengumpulkan/mengorganisasikan informasi berdasarkan metode Booolean;
6.    Tahapan keenam adalah presentasi, yakni: para pencari informasi menyelesaikan proses pencarian informasi dan mereka mengekspresikan kepuasan atau ketidakpuasan mereka.

Sebagai penutup, Kuhlthau dapat dikatakan sebagai sosok yang berkontribusi dalam pengembangan model penelusuran informasi. Melihat rekam jejak pendidikan, penugasan dan publikasinya, Kuhlthau merupakan gabungan intelektual, pendidik dan pustakawan yang berkompeten dan profesional dalam bidang keilmuannya. Temuannya berupa model ISP Kuhlthau menjadi legacy bagi dirinya dalam pengembangan ilmu informasi dan perpustakaan. Sekaligus, model tersebut bermanfaat bagi perpustakaan dan pustakawan dalam merumuskan program-program literasi informasi yang ditujukan menambah pengetahuan dan mengasah ketrampilan informasi pemustaka dalam hal penelusuran informasi. Semoga bermanfaat. Sekian.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
1 Erfanmanesh, M., Karim, H., & Abdullah. (2014). Information seeking anxiety: Concept, measurement and preliminary research. International Journal of Information Science and Management, 12(1), 47–64.
2 Anonim. Sine nomine. Carol Kuhlthau. diakses tanggal 02 September 2021, http: <Wikipedia : https://en.wikipedia.org/wiki/Carol_Kuhlthau>
3 Kuhlthau, sine nomine, Researchgate Profile Kuhlthau, diakses tanggal 02 September 2021, URL: <https://www.researchgate.net/profile/Carol-Kuhlthau>
4 Kuhlthau, C. (1991). Inside the search process: Information seeking from the User’s Perspective. Journal of the American Society for Information Science, 42(5), 361–371
5 Kuhlthau, C. (1983). The library research process: Case studies and interventions with high school seniors in advanced placement English classes using Kelly’s theory of construct. New Brunswick: Rutgers The State University of New Jersey.
6Kuhlthau, C. (1993). A Principle Of Uncertainty For Information Seeking. Journal of Documentation, 49(4), 339–355.